Waah Ternyata!!! Inilah Manfaat dan Bahaya Menghisap Kemaluan, Bagi Pria dan Wanita
Banyak pasangan takut melakukan seks oral karena, katanya seks oral itu “kotor” dan bisa menimbulkan penyakit kelamin, termasuk HIV dan AIDS. Padahal, bagi sebagian besar orang, seks oral merupakan kenikmatan tersendiri yang sulit dihentikan jika seseorang sedang dalam libido tinggi. Jadi bagaimana, donk? Sebenarnya, seks oral itu aman atau tidak ya? Sebelum menganalisis lebih lanjut, kita perlu tahu terlebih dahulu tentang apa itu seks oral dan serba-serbinya.
Apa Itu Seks Oral?
Menurut Wikipedia, seks oral adalah aktivitas-aktivitas seksual yang mencakup penggunaan mulut, lidah, dan kerongkong untuk merangsang genitalia. Biasanya, seks oral dilakukan sebagai “pembukaan” atau foreplay sebelum bersetubuh (coitus). Seks oral mencakup memberi atau menerima stimulasi oral (seperti menghisap atau menjilat) genitalia, yaitu: penis, vagina, atau anus.
Menurut penelitian, seks oral termasuk aktivitas seks yang sering dilakukan. Seks oral juga bisa dilakukan dalam hubungan heteroseksual maupun homoseksual. Bagi pasangan heteroseksual, seks oral bisa sebagai suatu metode kontrasepsi, dibandingkan aktivitas seksual berupa penetrasi penis ke dalam vagina yang lebih mungkin menyebabkan kehamilan.
Banyak orang tidak menganggap seks oral sebagai suatu aktivitas seksual “yang sesungguhnya” karena tidak terdapat penetrasi penis ke dalam vagina. Oleh karena itu, banyak orang yang menganggap bahwa seks oral dapat menjadi salah satu cara merasakan kenikmatan seksual tanpa kehilangan keperawanan atau keperjakaan.
Apa Benar Seks Oral Pasti Tidak Menyebabkan Hilangnya Keperawanan?
Belum tentu. Walaupun seks oral tidak melibatkan penetrasi penis ke dalam vagina, tetap ada kemungkinan bahwa seks oral menyebabkan hilangnya keperawanan, yang akan terjadi jika aktivitas tersebut (misalnya penetrasi lidah) terjadi sampai merusak/merobek selaput dara wanita.
Apa Saja Bentuk Seks Oral?
Seperti yang telah disebutkan, seks oral merupakan rangsangan dari daerah oral atau mulut terhadap alat genitalia, yang mencakup penis, vagina, dan anus. Oleh karena itu, seks oral dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:
1. Fellatio: kontak antara oral dengan penis, yang dapat berupa mengulum atau menghisap penis. Pada aktivitas seks oral seperti ini, dapat terjadi pertukaran air liur dan air pra-ejakulasi antarpasangan. Fellatio dapat dilakukan bersamaan oleh dua orang sekaligus, terutama apabila aktivitas tersebut dilakukan oleh sesama pria. Istilah ini dikenal sebagai Posisi Seksual 69.
2. Cunnilingus: kontak antara oral dengan area vagina, yang dapat berupa menjilat vagina. Aktivitas ini biasa ditujukan untuk merangsang daerah vagina yang paling peka terhadap rangsangan, yaitu clitoris.
3. Anilingus: kontak antara oral dengan anus.
Bisakah Seseorang Tertular Penyakit Melalui Seks Oral?
Jawabannya: bisa. Seks oral, baik berupa menerima maupun memberi rangsangan seks oral dapat menyebabkan transmisi atau penularan penyakit seksual (Sexually Transmitted Disease/STD). Beberapa contoh penyakit yang dapat menular melalui seks oral adalah herpes (baik herpes tipe 1 pada mulut, maupun herpes tipe 2 pada genitalia), Gonorrhoea dan Chlamydia (yang dapat menginfeksi kerongkongan), Syphilis (yang dapat menular jika pada mulut orang yang berkontak dengan genitalia terdapat sobekan luka sehingga virus dan bakteri dapat masuk ke dalamnya), infeksi gastrointestinal (dapat terjadi bila mulut berkontak dengan anus), Hepatitis A (menular melalui anilingus karena virusnya terdapat dalam feces), Hepatitis B dan Hepatitis C (menular karena kontak dengan cairan seksual dan darah penderita), dan HIV.
Penularan HIV selama seks oral juga terjadi seperti pada penularan Hepatitis B dan C, yaitu melalui kontak dengan cairan penderita seperti semen, cairan vagina, dan darah. Resiko ini diperbesar karena adanya luka, sobekan, radang, atau ulcus pada mulut atau kerongkongan.
Wah, Seram… Seberapa Besar Kemungkinan Kita Tertular HIV Bila Melakukan Seks Oral?
Resiko penularan HIV dari pasangan yang terinfeksi melalui seks oral jauh lebih kecil dibandingkan melalui seks anal ataupun vaginal. Namun demikian, ada beberapa faktor tambahan yang dapat mempermudah resiko penularan HIV melalui seks oral, seperti: ulcus pada mulut, radang, luka pada alat genital, tindikan pada genitalia atau oral, dan keberadaan penyakit menural seksual lainnya. Oleh karena itu, resiko penularan HIV melalui seks oral bisa ditekan apabila dilakukan saat tidak terdapat lesi dalam mulut atau alat genitalnya.
Kalau Begitu, Sudah Tidak Ada Lagi Penyakit Lain Yang Mungkin Bisa Terjadi Lewat Seks Oral, kan?
Tidak juga. Selain penyakit-penyakit yang tersebut di atas (atau penyakit menular seksual), penelitian juga menemukan bahwa seks oral dapat menyebabkan kanker daerah kepala dan leher, khususnya kanker kerongkongan. Hal ini dipercaya dapat terjadi karena adanya transmisi human papillomavirus (HPV), virus yang menjadi penyebab utama kanker cervical. New England Journal of Medicine menyebutkan bahwa selain karena rokok dan alkohol, orang yang memiliki lebih dari satu pasangan seks oral selama hidupnya memiliki resiko ganda terhadap kanker kerongkongan dibandingkan dengan orang yang tidak melakukan seks oral.
Aduh, Apakah Tidak Ada Cara untuk Mencegah Penularan Penyakit-penyakit Itu?
Untuk lebih mengurangi resiko penularan penyakit-penyakit tersebut, para pakar kedokteran menyarankan orang untuk menggunakan kondom apabila melakukan seks oral dengan pasangan yang memiliki penyakit menular seksual, atau yang status keberadaan penyakit menular seksualnya tidak jelas. Saat ini telah banyak tersedia kondom dengan berbagai rasa bagi mereka yang tidak menyukai ‘rasa’ latex atau spermisida.
Untuk cunnilingus dan anilingus, plastik pembungkus makanan, kondom yang dibuka, atau pelindung gigi berupa latex berbentuk kotak tipis dapat dijadikan sebagai pelindung dalam mencegah transmisi HIV dan penyakit menular seksual lainnya.
Selain itu, orang yang sedang memiliki lesi atau luka di daerah oral maupun genital, sebaiknya juga tidak melakukan seks oral karena mempermudah tertularnya penyakit. Usahakan pula untuk tidak menelan sperma. Sebenarnya, sperma mengandung protein yang tidak membahayakan bagi tubuh. Namun demikian, sperma bisa juga mengandung kuman, bakteri, atau virus patogen yang dapat menularkan penyakit. Jadi sebisa mungkin menelan sperma tetap harus dihindari, termasuk juga menelan cairan vagina, darah, maupun cairan tubuh lainnya.
Menjaga kebersihan mulut dan alat kelamin adalah hal yang paling utama dalam mencegah penularan penyakit melalui seks oral. Namun demikian, menyikat gigi kuat-kuat atau menggunakan dental floss tepat sebelum atau sesudah melakukan seks oral dapat meningkatkan resiko penularan, karena hal-hal tersebut dapat menyebabkan lesi kecil pada mulut yang tidak disadari. Lesi ini, walaupun merupakan lesi mikroskopik, dapat meningkatkan resiko penularan penyakit.
Jadi Kesimpulannya…
Sebenarnya resiko penularan penyakit melalui seks oral lebih rendah dibandingkan dengan seks per vaginal atau anal. Namun demikian, tindakan-tindakan pencegahan seperti penggunaan kondom juga harus diperhatikan. Sama seperti aktivitas seksual lainnya, resiko penularan penyakit melalui seks oral bisa dikurangi dengan melakukannya secara monogami dan dengan orang yang tidak memiliki penyakit menular seksual. Dr. Anita Gunawam, SpAnd, Spesialis Andrologi dan Konsultasi Seksual RSPP, juga menekankan pada pentingnya menjaga kebersihan alat kelamin dan mulut. Hindarii melakukan seks oral apabila sedang terdapat luka di daerah oral maupun genital.
Apabila seluruh persyaratan di atas terpenuhi, niscaya resiko penularan penyakit seksual melalui hubungan seks secara oral dapat diminimalisir. So, oral sex, Kenapa Tidak?
bagi mereka yang sudah berpasangan menjadi suami istri. Dan bagi yang hanya pacaran, jangan sekali-kali melakukan hal tersebut, karena harus ingat apa akibatnya dan yang pasti pihak wanita yang dirugikan. Jika kita kaitkan dengan ajaran agama Islam, maka untuk melakukan isap dan jilat kemaluan suami dan istri, akan haram hukumnya jika semburan sperma sampai tertelan masuk ke tenggorokan. Namun apabila tidak sampai masuk, ya gak apalah.
Manfaat menghisap penis suami dan menjilat vagina istri yang jelas akan menambah keharmonisan dan merapatkan hubungan pasutri, karena masing-masing merasa saling menghargai dan dihargai dan untuk kepuasan berhubungan intim. Tapi harus diingat juga kalau melakukan oral seks ini, kebersihan dari masing-masing kemaluan yang harus diperhatikan, karena jika kemaluan tidak bersih, disamping jijik juga akan menimbulkan datangnya penyakit akibat oral seks yang kotor, lihat artikel tentang oral seks penyebab utama kanker mulut.
Minggu, 08 November 2015
Selasa, 03 November 2015
Kurap adalah penyakit yang menyerang kulit dan disebabkan oleh jamur.
Selain menyerang kuku, tubuh bagian atas dan kepala, penyakit ini juga
dapat muncul di selangkangan dan kaki. Kurap yang juga dikenal dengan
istilah ‘tinea’ ini termasuk penyakit yang umum dan dapat menyerang
siapa saja, terutama anak-anak.
Gejala kurap yang paling mudah dikenali adalah munculnya ruam kemerahan berbentuk cincin dengan garis luar yang tidak beraturan. Ruam ini biasanya terasa sangat gatal dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Jika terjadi pada pria muda, kurap sering ditemukan di daerah selangkangan.
Selain penularan dari manusia, hewan peliharaan yang terkena kurap juga dapat menularkannya kepada Anda. Segera periksakan hewan peliharaan Anda ke dokter hewan jika Anda menduga hewan tersebut mengidap kurap.
Gejala kurap yang paling mudah dikenali adalah munculnya ruam kemerahan berbentuk cincin dengan garis luar yang tidak beraturan. Ruam ini biasanya terasa sangat gatal dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Jika terjadi pada pria muda, kurap sering ditemukan di daerah selangkangan.
Obat Antijamur Untuk Mengatasi Kurap
Kurap dapat diatasi dengan obat antijamur dalam bentuk salep yang dijual bebas. Tetapi Anda dianjurkan untuk mengonsumsi tablet antijamur yang biasanya memerlukan resep dokter jika gejala yang Anda alami parah, tidak kunjung sembuh atau terjadi di kulit kepala. Khusus untuk kurap di kulit kepala, Anda dianjurkan untuk menggunakan sampo antijamur agar dapat mencegah penyebaran infeksi.Cara Penularan dan Langkah Pencegahan Penyebaran Kurap
Kurap memang tidak berbahaya, tapi sangat mudah menular. Penyakit ini dapat menyebar melalui kontak langsung melalui kulit dan berbagi penggunaan barang pribadi, misalnya sikat gigi, handuk, serta pakaian. Karena itu, cara utama untuk mencegah penularan kurap adalah dengan menjaga kebersihan Anda. Hal ini dapat Anda lakukan melalui langkah mudah seperti sering mencuci tangan serta rajin membersihkan rumah.Selain penularan dari manusia, hewan peliharaan yang terkena kurap juga dapat menularkannya kepada Anda. Segera periksakan hewan peliharaan Anda ke dokter hewan jika Anda menduga hewan tersebut mengidap kurap.
https://id.wikipedia.org/wiki/Influenza
Flu Burung (Avian Influenza/AI) adalah penyakit berbahaya
kategori I yang dapat menyerang unggas dan manusia. Flu Burung yang
sering dikenal juga dengan istilah Fowl plaque merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang berbagai
unggas, termasuk unggas darat maupun air. Pada unggas air seperti
bangau, belibis dan bebek liar virus sudah beradaptasi dengan inangnya
sehingga tidak menyebabkan penyakit namun tetap menjadi pembawa
(reservoir) yang berbahaya. Sedangkan unggas domestik seperti ayam dan
kalkun rentan terhadap virus AI. Virus influenza yang terganas sepanjang
sejarah adalah H1N1 yang telah menyebabkan kematian jutaan manusia,
terjadi pada tahun 1918 dan dikenal sebagai wabah Spanish Flu.
Penyebab
Virus influenza merupakan virus RNA yang memiliki sifat mudah mengalami
mutasi, tergolong dalam Famili Orthomyxoviridae dengan genus
Ortho-myxovirus. Virus ini memiliki beberapa tipe, antara lain: A, B dan
C. Tipe A menyerang unggas, manusia, babi, kuda dan mamalia lain.
Sedangkan tipe B dan C hanya menyerang manusia. Virus memiliki amplop
yang mengandung dua bagian penting pada permukaan antigen dan menentukan
sifat patogenitas virus. Bagian tersebut adalah hemaglutinin (HA) dan
neuraminidase (NA). Sampai saat ini telah diketahui lebih dari 100
strain viruis. Pada Tipe A sudah dikenal antara lain: H1N1, H5N1, H3N2.
Pada umumnya virus influenza memiliki hospes (inang) yang spesifik
(specific host) sehingga virus yang menginfeksi burung tidak akan
menginfeksi manusia atau sebaliknya. Namun dalam perkembangannya sifat
mutasi virus menyebabkan perubahan sifat virus iyang disebut “antigenic
shift”, yaitu perubahan sebagai akibat akumulasi mutasi pada genomnya.
Bisa juga berupa “antigenic drift”, yaitu persilangan genom antara virus
influenza tipe yang berbeda. Sebagai contoh varian H5N1 yang awalnya
hanya menyerang unggas namun dengan perantara (mixing vessel) babi
menghasilkan virus influenza yang dapat pula menyerang manusia.
Sifat-sifat virus AI pada unggas, antara lain peka terhadap
faktor-faktor lingkungan, seperti: panas, pH yang ekstrim, kondisi non
isotonis, kering. Virus mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit dan
56°C selama 3 jam. Peka terhadap pelarut lemak, seperti deterjen, peka
juga terhadap desinfektan, antara lain formalin, β- propiolakton, cairan
yang mengandung iodine, eter, larutan asam, ion ammonium, dan klorida.
Tahan beberapa lama (30 -35 hari) dalam tubuh unggas terutama dalam
sektreta dari hidung dan mata serta ekskreta feses.
Cara Penularan
Virus avian influensa yang dikeluarkan oleh unggas lewat cairan
hidung, mata dan feses dapat menular pada manusia dan unggas lain. Tinja
yang mengering dan bercampur di udara adalah salah satu kemungkinan
proses penularan virus pada manusia. Selain itu, virus bisa terkandung
dalam telur dari ayam induk yang terinfeksi, namun embrio akan mati
sebelum menetas. Belum ada indikasi pula virus AI menular dari manusia
ke manusia, tetapi tetap harus waspada, karena bisa terjadi perubahan
sifat virus secara “antigenic drift” dalam tubuh babi sebagai “mixing
vessel”, sehingga virus H5N1 bisa menginfeksi manusia maupun burung.
Masa Inkubasi
Flu burung membunuh unggas |
Masa Inkubasi
Pada ayam, masa inkubasi virus, yaitu saat virus masuk ke tubuh sampai
timbul gejala membutuhkan beberapa jam sampai dengan 3 hari dalam satu
individu dan 14 hari dalam satu flok. Hal ini tergantung pada barbagai
faktor, antara lain; jumlah dan patogenitas virus yang menginfeksi,
jenis spesies yang terinfeksi, kemampuan deteksi gejala klinis. Pada
manusia, inkubasi virus membutuhkan 1- 3 hari, tergantung umur,
kekebalan dan kondisi individu. Pada umumnya kasus terjadi pada
anak-anak karena sistim kekebalan pada anak belum berkembang sempurna.
Gejala
Gejala klinis yang bisa dikenali pada unggas penderita AI, antara lain
jengger dan kulit yang tidak berbulu berwarna biru (sianosis. Beberapa
kasus mati mendadak, tanpa gejala klinis. Terjadi abnormalitas pada
sistim pernapasan, pencernaan dan syaraf serta reproduksi. Pada gejala
awal ditemukan adanya penurunan napsu makan, diare, lemah, penurunan
produksi telur, gangguan pernapasan berupa batuk, bersin, menjulurkan
leher, hiperlakrimasi (leleran mata berlebih), dan bulu kusam.
Gejala klinis pada manusia penderita AI, antara lain adalah penderita
mengalami demam (38°C), sakit tenggorokan, batuk, beringus, infeksi
mata, nyeri otot, sakit kepala, lemas dan dalam waktu singkat dapat
menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan paru-paru (pneumonia)
dan kematian. Perlu waspada jika kejadian influenza terjadi pada manusia
yang kira-kira 7 hari terakhir telah kontak dengan unggas dan unggas
tersebut sakit atau mati dengan gejala klinis mengarah pada penyakit flu
burung.
Pengobatan
Pada unggas pengobatan belum efektif hanya upaya peningkatkan daya tahan
tubuh ayam dengan pemberian antibiotik dan multivitamin. Penggunaan
interferon amantadin pada kasus influenza pada puyuh dan kalkun di
Italia berhasil menurunkan angka kematian hingga 50 persen.
Pada manusia pengobatan bisa dilakukan dengan dua kelompok obat anti
virus, yaitu: (1) kelompok “ion channel blocker”, yang bersifat
memblokir aktivitas ion channel dari virus influenza tipe A, sehingga
aliran ion hidrogen diblokir dan virus gagal melakukan perkembangbiakan
contohnya amantadine dan rimantadine. (2) Neuraminidase inhibitor, yang
menghambat virus masuk ke dalam sel dan teragregasi di permuakaan sel
saja dan tidak bisa pindah ke sel lain. Pemberian amantadine adalah 48
jam pertama selama 3 – 5 hari, dengan dosis 5 mg/kg BB per hari dibagi
dalam 2 dosis, Apabila berat badannya lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2
kali sehari.
Kontrol dan Pencegahan
Diperlukan kontrol yang ketat dan tindakan pencegahan penyakit untuk
menekan kejadian penyakit AI dan penularan AI ke manusia. Kontrol dan
tindakan pencegahan yang penting dilakukan antara lain:
Jaga jarak dan jangan melakukan kontak langsung dimana unggas sedang terjangkit wabah flu burung
Jangan menyentuh kotoran unggas disekitar kita kalau perlu segerakan pembersihan kotoran tersebut
Pembersihan secara berkala kandang hewan peliharaan unggas dan penyemprotan desinfektan
Hindari berdekatan dengan orang yang terinfeksi virus, dan gunakan masker setiap kali harus berdekatan
Jika merasakan gejala flu burung segerakan ke rumah sakit untuk pemeriksaan
Menjaga sanitasi atau kebersihan
lingkungan, biasakan rajin mencuci tangan dengan sabun, dan mulailah
gaya hidup sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Lakukan vaksinasi virus flu manusia
untuk mengurangi terjadinya gabungan virus flu burung manusia dan flu
burung dalam satu orang
Langganan:
Postingan (Atom)